Kalibrasi adalah pemeriksaan suatu instrumen
terhadap standar yang diketahui dan selanjutnya untuk mengurangi kesalahan
dalam ketelitiannya.
Tujuan pengkalibrasian dari suatu alat ukur ialah
untuk memungkinkan kita memeriksa instrument terhadap standar yang diketahui
dan selanjutnya mengurangi kesalahan dalam ketelitiannya.
B. Aplikasi Kalibrasi
1. Aplikasi
kalibrasi di dunia kesehatan
Aplikasi
di dunia kesehatan. Kalibrasi alat kesehatan bertujuan untuk menjaga kondisi
alat kesehatan agar tetap sesuai dengan standar besaran pada spesifikasinya.
Dengan pelaksanaan kegiatan kalibrasi maka akurasi, ketelitian dan keamanan
alat kesehatan dapat dijamin sesuai dengan besaran-besaran yang tertera /
diabadikan pada alat kesehatan tersangkitan. Standar besaran yang dapat dibaca
pada alat kesehatan mungkin berupa pemilih (selector) atau metering, merupakan
nilai yang diabadikan pada alat kesehatan bersangkutan. Sehingga pelaksanaan
kalibrasi dapat dilakukan dengan membandingkan nilai terukur dengan nilai yang
diabadikan pada alat kesehatan, misalnya : Tegangan (voltage), Arus listrik
(electric current), Waktu, Energi
dan Suhu.
Kalibrasi alat
kesehatan dilaksanakan dengan kegiatan sebagai berikut :
- Pengukuran kondisi
lingkungan
- Pemeriksaan kondisi
fisik dan hngsi komponen alat.
- Pengukuran
keselarnatan kerja.
- Pengukuran kinerja
sebelum dan setelah penyetelan atau pemberian faktor kalibrasi sehingga nilai terukur
sesuai dengan nilai yang diabadikan pada bahan ukur.
Berkaitan
dengan kegiatan pengujian atau kalibrasi, secara teknis peralatan kesehatan
dapat dibedakan ke dalam alat kesehatan yang memiliki acuan besaran dan alat
kesehatan yang tidak memiliki acuan besaran. Acuan besaran dapat dipergunakan
sebagai pembanding terhadap nilai terukur. Terhadap alat kesehatan yang
memiliki acuan besaran dilakukan kalibrasi, contoh: ECG, Cardiotocograph, Electroencephalograpl~X -Ray. Sedangkan
terhadap alat kesehatan yang tidak memiliki acuan besaran dilakukan pengujian,
karena tidak memiliki nilai pembanding, contoh: dental unit, ESU, alat hisap
medik. Permenkes No. 363 PerfiVi 1998 telah menetapkan sebanyak 125 alat
kesehatan wajib diuji atau kalibrasi, seperti yang terdapat pada dafiar alat
kesehatan wajib uji atau kalibrasi pada lampiran 3.
Alat
ukur yang dipergunakan dalam pengujian dan kalibrasi alat kesehatan adalah alat
ukur besaran dasar maupun alat ukur besaran turunan. Kedua jenis alat ukur
tersebut dikalibrasi dengan melakukan metode pengukuran langsung atau metode pengubiran
paralel.
·
Metode Pengukuran Langsung.
Alat
ukur yang akan dikalibrasi dipergunakan untuk mengukur suatu bahan ukur yang
nilai sebenarnya telah diketahui. Kondisi atau ketelitian serta kecermatan alat
ukur yang dikalibrasi, dapat diketahui dengan membandingkan nilai sebenarnya
dan bahan ukur dengan nilai terbaca pada alat ukur. Jika terdapat perbedaan
antara nilai sebenarnya dari bahan ukur dengan nilai terukur, maka dilakukan
penyetelan pada alat ukur bila memungkinkan. Setelah penyetelan, dilakukan
pengukuran ulang sekurang-kurangnya 3 (tiga) kali pada masing-masing
skalaparameter, sehingga diperoleh kondisi stabil pengukuran.
·
Metode Pengukuran Paralel.
Alat
ukur yang telah diketahui ketelitian serta kecermatannya (terkalibrasi) disebut
alat ukur reference, dipergunakan paralel (bersamaan) dengan alat ukur yang
akan dikalibrasi untuk mengukur suatu bahan ukur. Kondisi alat ukur yang
dikalibrasi dapat diketahui dengan membandingkan hasil pengukurannya dengan
alat ukur reference. Jika terdapat perbedaan antara alat ukur reference dengan
nilai terbaca pada alat ukur yang dikalibrasi, maka dilakukan penyetelan pada
alat ukur yang dikalibrasi bila memungkinkan. Setelah penyetelan dilakukan
pengukuran ulang sekurang-kurang nya 3 (tiga) kali pada masing-masing skala /
parameter, sehingga diperoleh kondisi stabil pengukuran.
Kalibrasi Besaran Standar
Kalibrasi
besaran standar ' hanya dapat dilakukan dengan metode pengukuran langsung.
Nilai sebenarnya dari besaran standar, diukur secara langsung menggunakan alat
ukur yang telah diketahui ketelitian serta kecermatannya (terkalibrasi). Jika
nilai terukur berbeda dengan nilai yang diabadikan pada besaran standar,
dilakukan penyetelan jika memungkinkan. Setelah penyetelan dilakukan pengakuran
ulang sekurang-kurangnya 3 (tiga) kali pada masing-masing skaldparameter,
sehingga diperoleh kondisi stabil pengukuran.
2.
Kalibrasi
Alat Semprot
Suatu
percobaan untuk menghitung volume semprot yang dibutuhkan untuk menyemprot
suatu areal tertentu.
o Mengukur
lebar semprotan misal : a meter
o Mengukur
kecepatan jalan Buat awal jalan lalu laksanakan
o Penyemprotan
selama ¹menit lalu ukur brp jaraknya, misal : b meter.
o Ukur
kecepatan aliran
o Isi knap
sack dengan air bersih, pompa sampai 8x agar tekanan menjadi ¹atm. Semprotkan
¹menit dan air ditampung. Misal : c ltr/mnt
o Perhitungan:
Luas areal yang disemprot/menit : kecepatan jalan x lebar semprot : bxc m2/mnt.
Luas areal yang disemprot/menit : kecepatan jalan x lebar semprot : bxc m2/mnt.
3. Kalibrasi
dalam pH meter
Instrumen pHmeter adalah peralatan
laboratorium yang digunakan untuk menentukan pH atau tingkat keasaman dari
suatu sistem larutan. (Beran, 1996). Tingkat keasaman dari suatu zat,
ditentukan berdasarkan keberadaan jumlah ion hidrogen dalam larutan.
Penentuan kalibrasinya
dapat dilakukan dengan cara:
a. Teknik
satu titik, yaitu pada sekitar pH yang akan diukur, yakni kalibrasi dengan
buffer standar pH 4,01 untuk sistem asam, buffer standar pH 7,00 untuk sistem
netral, dan buffer standar pH 10,01 untuk sistem basa.
b. Teknik
dua titik (diutamakan)Apabila sistem bersifat asam, maka digunakan 2 buffer
standar berupa pH 4,01 dan 7,00 Apabila sistem bersifat basa, digunakan 2
buffer standar berupa pH 7,00 dan 10,01
c. Teknik
multi titik Kalibrasi dilakukan dengan menggunakan 3 buffer standar. Untuk
sistem dengan pH < 2,00 atau > 12,00, sering terjadi ketidaknormalan elektroda,
kelemahan ini dipengaruhi oleh jenis alat yang digunakan. Untuk pengukuran yang
dilakukan dalam waktu yang lama, maka diperlukan proses kalibrasi secara
periodik selang 1,5 – 2 jam. Hal ini untuk menjaga kestabilan dari alat pHmeter
yang digunakan, sehingga tetap dapat diperoleh hasil pengukuran yang bagus.
Untuk keperluan kalibrasi ini dapat menggunakan buffer pH yang ada di pasaran,
skala yang biasa digunakan adalah:
pH = 4,01 merah; pH = 7,00 hijau; pH =
10,00 biru
C. Gambar MPAD, bagian dan fungsinya
MPAD berfungsi untuk melakukan pengujian mesin pendingin dan
pemanas, dimana alat ini terbuat dari bahan kayu (multiplex) yang dilapisi
formika.
Alat-alat
utama:
a.
Fan sentrifugal
dengan motornya untuk mengisap udara.

b. Heater
c. Evaporator
untuk menguapkan refrigerant
d. Saluran
inlet dengan mulut konis dan kisi-kisi untuk menaikkan kecepatan.

e. Kompresor
untuk memberikan tekanan ke kondensor

f. Pipa
pitot dengan pemegangnya untuk menyalurkan tekanan ke manometer.

g. Penutup
lubang pengukur untuk menutup lubang pengukur.
h. Manometer
miring dengan pipa karet penghubung untuk mengukur tekanan

i.
Kondensor untuk melepaskan kalor dari
fluida.
D.
Cara
Mengkalibrasi Alat Ukur.
·
Manometer

Kalibrasi manometer
a. Isi manometer, dengan air, sampai
untuk menandai
b. Hati-hati, dan menggunakan
perlindungan tangan, memastikan bahwa tabung di stopper karet dapat bergerak
bebas .
c. Pasang manometer sesuai posisinya.
d. Pada laju aliran yang benar 1L/min.,
Menaikkan tabung manometer sampai membentuk gelembung. Kemudian turunkan tabung
sampai hanya berhenti mendidih dan menandai ketinggian tabung bawah pada tabung
percobaan menggunakan texta air bukti atau tape.
e. Selalu memastikan bahwa tingkat air pada
tingkat yang benar untuk sistem yang Anda gunakan.
·
Higrometer
Sebuah sistem kalibrasi higrometer telah dirancang
dan dibuat dalam rangka peningkatan kemampuan kalibrasi higrometer untuk
menghasilkan sebuah sistem kalibrasi yang dapat memberikan kemampuan ukur
terbaik di bawah 2,5%. Sistem yang dibangun memanfaatkan prinsip kerja divided
flow atau aliran terbagi. Pengujian dilakukan terhadap sistem tersebut pada
rentang kelembaban relative yang biasa dipakai untuk melakukan kalibrasi, yaitu
dari 10% hingga 95%. Pengukuran ketidakseragaman test chamber telah dilakukan pada
rentang kelembaban tersebut dengan menggunakan dua buah sensor. Hasil akhir
pengujian menunjukkan sistem yang dibangun mampu memberikan kemampuan ukur
terbaik masing-masing adalah 0,62% pada RH 10% dan 0,51% pada RH 60% dan 95%.
·
Thermokopel

Proses pengkalibrasian termokopel yaitu, setelah setting
alat diatas selesai maka langkah awal adalah mengukur suhu air yang didalamnya
diletakkan bagian persambungan (kopel) dari termokopel dengan termometer,
setelah termometer menunjukkan suhu puncak air maka langkah selanjutnya adalah
mengamati besarnya tegangan yang ditimbulkan termokopel pada voltmeter. Langkah
berikutnya yaitu membandingkan suhu yang ditunjukkan oleh termometer dengan
tegangan yang ditimbulkan termokopel, nilai tegangan itulah konversi suhu yang
diukur. Jadi, nilai tegangan itu setara dengan suhu yang terukur oleh
termometer, sehingga didapatkan nilai tegangan sekian = suhu sekian, dan proses
kalibrasi telah selesai. Dan untuk menentukan suhu berikutnya maka suhu air
diturunkan dan disetarakan dengan tegangan yang timbul, jadi akan didapatkan
nilai tegangan dan nilai suhu pada setiap penurunan suhu air. Proses
pengkalibrasian dilakukan seperti pada langkah awal yaitu, tegangan sekian
setara suhu sekian. Hasil akhirnya kita mendapatkan alat ukur baru yaitu
termokopel yang telah sesuai nilainya dengan termometer yang digunakan untuk
mengkalibrasi.
·
Anemometer

Proses
Kalibrasi Anemometer
Proses kalibrasi
anemometer dilakukan secara periodik agar perfomansi dan hasil pencatatan tetap
stabil dan baik. Berikut urutan proses kalibrasi pada anemometer.
·
Untuk kalibrasi arah angin, metode berikut dapat menghasilkan akurasi ±
5 ° atau lebih baik jika dilakukan dengan hati-hati. Mulailah dengan
menghubungkan alat ke rangkaian pengkondisi sinyal yang menunjukkan nilai arah
angin. Ini mungkin merupakan indikator yang menampilkan nilai arah angin dalam
derajat sudut atau hanya sebuah voltmeter pemantauan output. Tahan atau mount
instrumen agar pusat baling-baling rotasi adalah di atas pusat selembar kertas yang memiliki 30 ° atau 45
crossmarkings °. Posisi theinstrument sehingga crossarm mounting berorientasi
utara-selatan dengan baling-baling di sebelah utara dan anemometer di sebelah
selatan. Dengan imbangan yang menunjuk langsung pada anemometer yang sinyal
arah angin harus sesuai dengan 180 ° atau selatan jatuh tempo. Melihat dari
atas, visual menyelaraskan baling-baling dengan masing-masing crossmarkings dan
mengamati tampilan indikator. Hal ini harus sesuai dengan posisi baling-baling
dalam waktu 5 °. Jika tidak, mungkin perlu untuk menyesuaikan posisi relatif
dari rok baling-baling dan poros. Lihat langkah 3 di bagian PEMELIHARAAN bawah
pengganti potensiometer.
·
Penting untuk dicatat bahwa sementara sensor mekanik berputar melalui
360 °, angin skala penuh arah sinyal dari pengkondisian sinyal terjadi pada 352
°. Misalnya, dalam sebuah sirkuit mana 0-1,00 VDC merupakan 0 ° sampai 360 °,
output harus disesuaikan untuk 0,978 VDC ketika instrumen berada pada skala 352
° penuh. (352 ° / 360 ° X 1,00 volt = 0,978 volt).
·
Angin kalibrasi kecepatan ditentukan oleh faktor roda
cangkir berputar dan karakteristik output dari transduser. Kalibrasi formula
menunjukkan cangkir rpm roda dan output frekuensi vs kecepatan angin termasuk
di bawah ini.
·
Kalibrasi Rumus untuk Model 03102 Sentry Anemometer Wind
o
WIND SPEED vs CUP WHEEL RPM
§
m/s = (0.01250 x rpm) + 0.2
§
knots = (0.02427 x rpm) + 0.4
§
mph = (0.02795 x rpm) + 0.4
§
km/hr = (0.04499 x rpm) + 0.7
o
WIND SPEED vs OUTPUT FREQUENCY - Hz
§
m/s = (0.7500 x Hz) + 0.2
§
knots = (1.4562 x Hz) + 0.4
§ mph = (1.6770 x Hz) + 0.4
§ km/hr = (2.6994 x Hz) + 0.7
·
Phmeter
Sebelum
digunakan untuk mengukur pH, pH meter yang kita gunakan harus dikalibrasi
terlebih dahulu. Prosedur umumnya adalah masuk ke menu kalibrasi yang
disediakan oleh pH meter lalu ukurlah pH dari dapar standar yang pH nya telah
diketahui. Biasanya dapar standar ini disediakan oleh perusahaan pembuat pH
meter.

Saat saya ujian bulan lalu, kebetulan disediakan pH meter baru, jadi tentunya belum familiar dengan alat ini. Sebenarnya saya memang kurang familiar dengan pH meter yang lama pun karena jarang menggunakan alat tersebut. Pada pH meter yang lama dilakukan kalibrasi menggunakan 2 dapar standar yaitu pH 4,00 dan 7,00. Pada pH meter yang baru ini digunakan 3 (TIGA) dapar standar yaitu pH 4,01; 7,00; 9,21. Saat akan mengkalibrasi alat saat persiapan ujian di sana telah disediakan selembar SOP (PROTAP) yang menuliskan bahwa alat dikalibrasi dengan urutan dapar sebagai berikut: 7,00; 4,01; 9,21, lalu dilihat slope (kemiringan) dari kurva kalibrasi yang dibuat diharapkan 95-.....% .
·
Torsimeter

Cara Kalibrasi ;
Dengan cara memutar tuas lengan gaya untuk menyeimbangkannya
di mana lengan gaya terhubung dengan
torsimeter sehingga hasil yang akan di peroleh akan lebih akurat. kalibrasi di
hentikan apabila posisi gelembung yang terdapat pada waterpass sudah berada di
tengah-tengah di mana waterpass tersebut
berada di atas lengan gaya.
·
Neraca digital

Kalibrasi ;
a.
Pengontrolan Timbangan/Neraca
Timbangan/Neraca dikontrol dengan
menggunakan anak timbangan yang sudah terpasang atau dengan dua anak timbangan
eksternal, misal 10 gr dan 100 gr. Timbangan/Neraca elektronik, harus menunggu
30 menit untuk mengatur temperatur. Jika menggunakan timbangan yang sangat
sensitif, hanya dapat bekerja pada batas temperatur yang ditetapkan. Timbangan
harus terhindar dari gerakan (angin) sebelum menimbang angka “nol” harus dicek
dan jika perlu lakukan koreksi. Penyimpangan berat dicatat pada lembar/kartu
kontrol, dimana pada lembar tersebut tercantum pula berapa kali timbangan harus
dicek. Jika timbangan tidak dapat digunakan sama sekali maka timbangan harus
diperbaiki oleh suatu agen (supplier).
b.
Kebersihan timbangan
Kebersihan timbangan harus dicek setiap
kali selesai digunakan, bagian dan menimbang harus dibersihkan dengan
menggunakan sikat, kain halus atau kertas (tissue) dan membersihkan timbangan
secara keseluruhan timbangan harus dimatikan, kemudian piringan (pan) timbangan
dapat diangkat dan seluruh timbangan dapat dibersihkan dengan menggunakan
pembersih seperti deterjen yang lunak, campurkan air dan etanol/alkohol.
Sesudah dibersihkan timbangan dihidupkan dan setelah dipanaskan, cek kembali
dengan menggunakan anak timbangan.
E.
Pengertian
Refigran.
Refrigerant merupakan fluida yang digunakan untuk mendinginkan lingkungan
bersuhu rendah dan membuang panas ke lingkungan yang bersuhu tinggi. Salah satu
refrigeran paling terkenal saat ini adalah CFC alias FREON (R-11, R-12, R-21,
R-22 dan R-502)
·
Freon
CFC
(Chloro-Fluoro-Carbon) alias R22 memegang peranan penting dalam sistem
refrigerasi, sejak ditemukan pada tahun 1930. Hal ini dikarenakan CFC memiliki
properti fisika dan termal yang baik sebagai refrigeran, stabil, tidak mudah
terbakar, tidak beracun dan kompatibel terhadap sebagian besar bahan komponen
dalam sistem refrigerasi. Akan tetapi setelah masyarakat mengetahui hipotesa
bahwa CFC termasuk Ozone Depleting Substance (ODS), yaitu zat yang dapat
menyebabkan kerusakan ozon, masyarakat mulai mencoba melakukan penghentian
pemakaian ODS dan dituangkan ke dalam beberapa konvensi, seperti Vienna
Convention pada bulan Maret 1985, Montreal Protocol pada bulan September 1987
dan beberapa amandemen lainnya. Pemerintah Indonesia telah meratifikasinya
melalui Keppres RI No. 23 tahun 1992
·
R134a
sebagai
salah satu alternatif memiliki beberapa properti yang baik, tidak beracun,
tidak mudah terbakar dan relatif stabil. R-134a juga memiliki kelemahan di
antaranya, tidak bisa dijadikan pengganti R-12 secara langsung tanpa melakukan
modifikasi sistem refrigerasi (drop in subtitute), relatif mahal, dan masih
memiliki potensi sebagai zat yang dapat menyebabkan efek pemanasan global karena
memiliki Global Warming Potential (GWP) yang signifikan. Selain itu R-134a
sangat bergantung kepada pelumas sintetik yang sering menyebabkan masalah
dengan sifatnya yang higroskopis.
·
Refrigeran hidrokarbon.
Sebenarnya
hidrokarbon sebagai refrigeran sudah dikenal masyarakat sejak 1920 di awal
teknologi refrigerasi bersama fluida kerja natural lainnya seperti ammonia, dan
karbon dioksida. Hidrokarbon yang sering dipakai sebagai refrigeran adalah
propana (R-290), isobutana (R-600a), n-butana (R-600). Campuran yang sering
digunakan di antaranya R-290/600a, R-290/600 dan R-290/R-600/R-600a.
Hidrokarbon
memiliki beberapa kelebihan seperti ramah lingkungan, yang ditunjukkan dengan
nilai Ozon Depleting Potential (ODP) nol, dan GWP yang dapat diabaikan,
properti termofisika dan karakteristik perpindahan kalor yang baik, kerapatan
fasa uap yang rendah, dan kelarutan yang baik dengan pelumas mineral.
Pemakaian
hidrokarbon dengan isu hemat energi dan ramah lingkungan masih belum bisa
diterima secara luas seperti pemakaian freon sebagai refrigeran. Hal ini
disebabkan oleh kekhawatiran masyarakat akan sifat hidrokarbon yang bisa
terbakar. Sifat ini sebenarnya tidak membahayakan jika digunakan sesuai
prosedur yang benar. Untuk memahami bekerja dengan prosedur yang benar, mau
tidak mau diperlukan pengetahuan tentang karakteristik hidrokarbon. Seperti
pepatah mengatakan, “tak kenal maka tak sayang”, kita tidak akan mau
menggunakan hidrokarbon jika tidak mengenalnya.
F. Persyaratan
Refrigeran
Persyaratan refrigeran
(zat pendingin) untuk unit refrigerasi adalah sebagai berikut:
1. Tekanan
penguapannya harus cukup tinggi. Sebaiknya refrigeran memiliki temperatur
penguapan pada tekanan yang lebih tinggi, sehingga dapat dihindari kemungkinan
terjadinya vakum pada evaporator, dan turunnya efisiensi volumetrik karena
naiknya perbandingan kompresi.
2. Tekanan
pengembunan yang tidak terlampau tinggi. Apabila tekanan pengembunannya rendah,
maka perbandingan kompresinya menjadi lebih rendah sehingga penurunan prestasi
kompresor dapat dihindarkan. Selain itu, dengan tekanan kerja yang lebih
rendah, mesin dapat bekerja lebih aman karena kemungkinan terjadinya kebocoran,
kerusakan, ledakan menjadi lebih kecil.
3. Kalor
laten penguapan harus tinggi. Refrigeran yang memiliki kalor laten penguapan
yang tinggi lebih menguntungkan karena untuk kapasitas refrigerasi yang sam,
jumlah refrigeran yang bersirkulasi menjadi lebih kecil.
4. Volume
spsifik (terutama dalam fasa gas) yang cukup kecil. Refrigeran dengan kalor
laten penguapan yang besar dan volume spesifik gas yang kecil akan memungkinkan
penggunaan kompresor dengan volume torak yang lebih kecil.
5. Koefisien
prestasi harus tinggi. Dari segi karakteristik termodinamika dari refrigeran,
koefisien prestasi merupakan parameter yang terpenting untuk menekan biaya
operasi
6. Konduktifitas
termal yang tinggi . konduktivitas termal sangat penting untuk menentukan
karakteristik perpindahan kalor.
7. Viskositas
yang rendah dalam fasa cair maupun fasa gas. Dengan turunnya tahanan aliran
refrigeran dalam pipa, kerugian tekanan akan berkurang.
8. Konstanta
dielektrika dari refrigeran yang kecil, tahanan listrik yang besar, serta tidak
menyebabkan korosi pada material isolator listrik (utamanya untuk kompresor
hermatik)
9. Refrigeran
hendaknya stabil dan tidak bereaksi dengan material yang dipakai, sehingga
tidak menyebabkan korosi
10. Refrigeran
tidak boleh beracun dan berbau merangsang
11. Refrigeran
tidak boleh mudah terbakar dan meledak
12. Refrigeran
harus mudah dideteksi, jika terjadi kebocoran
13. Harganya
tidak mahal dan mudah diperoleh
14. Ramah
lingkungan.
G.
Jenis-jenis
Perpindahan Panas.
a. Konduksi
adalah jenis perpindahan panas dimana panas berpindah diantara medium – medium
yang berlainan yang bersinggungan secara langsung tanpa adanya perpindahan
molekul yang cukup besar, misal: tangan yang menyentuh ketel panas.
Rumus :

Dimana :
A = luas
penampang (m2 )

L = panjang medium (m)
K = daya hantar
(konduktifitas) termal (W/mK)
b. Konveksi
adalah proses transport energy dengan kerja gabungan dari konduksi panas,
penyimpangan energy dan gerakan mencampur, yang sangat penting sebagai
mekanisme perpindahan energy antara permukaan benda padat dan cairan atau gas,
misal: pada perpindahan panas uap di boiler ke pipa – pipa pendingin.
Rumus :
q =hc A (ts-tf)
Dimana :
hc = koefisien
konveksi (W/m2-K)
A = Luas
penampang (m2)
ts =
suhu permukaan (0C)
tf =
suhu fluida (0C)
c. Radiasi
adalah proses perpindahan panas dari suatu benda ke benda lain yang terpisah
dalam ruang, bahkan bila terdapat ruang hampa diantara benda – benda tersebut,
missal: transfer panas matahari ke bumi.
Rumus :
q1-2 =σAF€FA(T14-T24)
Dimana :
σ =Tetapan sefan boltzman (5,669 x 10-8
W/m2-K4)
T1 =
temperatur tertinggi sebelum radiasi (0C)
T2 =
temperatur terendah (0C)
F€ = faktor
emisifitas
FA =
factor bentuk
A = Luas pemampang (m2)
H.
Laju
Aliran Perpindahan Panas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tolong tuliskan pendapatnya ya? Terima kasih